Senin, 11 Oktober 2010

KESALAHAN DIAGNOSIS YANG SERING TERJADI

Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip sehingga sulit dibedakan. Kesalahan diagnosis sering mengakibatkan masalah yang sesungguhnya tidak tertangani, malah mendapatkan obat atau tindakan yang tidak perlu.

Agar tidak mengalami hal yang demikian, ada baiknya mengenali beberapa jenis penyakit dengan gejala yang mirip. Jika sekiranya diagnosis dokter meragukan, jangan sungkan untuk mencari kepastian karena pasien berhak atas second opinion.



Dikutip dari MensHealth, Selasa (12/10/2010), berikut ini adalah 4 penyakit yang sering salah didiagnosis.

1. Alergi
Hidung meler, mata berair serta bersin-bersin belum tentu menandakan alergi. Apalagi bagi yang sudah berusia 20-30 tahun, reaksi alergi jarang muncul begitu saja sebab umumnya alergen atau pemicunya sudah dikenali dan pastinya selalu dihindari.

Apabila tidak ada pemicu alergi, maka kemungkinan lain adalah vasomotor rhinitis yakni radang mukosa hidung yang dipicu oleh senyawa-senyawa non-alergen seperti parfum dan asap rokok. Kondisi semacam ini tidak dapat diatasi dengan antialergi.

2. Sinus headache (sakit kepala karena sinusitis)
Menurut penelitian di American Headache Society, 86 persen penderita sinus headache juga mengalami migrain. Meski gejalanya sama, namun obat-obatan untuk mengatasi sinusitis tidak dapat menyembuhkan sakit kepala akibat migrain.

Karena migrain lebih banyak berhubungan dengan saraf, maka sebaiknya jangan dianggap remeh. Apabila sakit kepala tidak hilang hingga lebih dari 2 minggu, jangan ragu-ragu untuk langsung memeriksakan diri ke dokter saraf.

3. Bronkitis
Tidak semua penderita asma menyadari penyakitnya karena memang jarang muncul. Maka ketika asma tersembunyi itu muncul bersamaan dengan adanya infeksi, sesak napas yang terjadi sering dianggap sebagai gejala bronkitis.

Untuk memastikan adanya asma tersembunyi, cobalah sekali waktu untuk memeriksa kapasitas vital paru-paru. Apabila kapasitasnya kurang dari 80 persen, perlu diwaspadai adanya gejala asma tersembunyi.

4. Apendisitis (radang usus buntu)
Penelitian di University of Washington menunjukkan 16 persen operasi pemotongan usus buntu dilakukan pada pasien yang sebetulnya tidak membutuhkan. Radang usus buntu atau apendisitis memang berbahaya sehingga pada umumnya dokter tidak mau ambil risiko dan memilih secepatnya memotong bagian tubuh yang memang tidak jelas fungsinya tersebut.

Radang usus buntu sebenarnya bisa dipastikan dari hasil CT scan dan jumlah sel darah putih yang melampaui 10.000/mcL. Jika tidak ada masalah dengan usu buntu, penyakit yang gejalanya mirip adalah radang kelenjar getah bening dan infeksi virus pencernaan. (Sumber Detikhealth)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar